Edi menyusuri jalan menuju rumahnya. Di sebuah warung makan di pinggir jalan. Edi melihat sebuah mobil. Walaupun kaca mobil itu tertutup, Edi bisa melihat seorang anak perempuan di dalamnya. Anak itu duduk sendirian di kursi belakang. Ia tampak gelisah, bahkan menangis.
Anak perempuan itu lalu tampak menutup wajahnya dengan sapu tangan. Secara tak sadar, Edi terus memperhatikan anak itu. Anak itu juga memperhatikan Edi. Ia seperti ingin berbicara sesuatu ke Edi. Akan tetapi, tiba-tiba muncul dua lelaki dewaswa dari warung makan. Sepertinya mereka baru selesai makan.
Dua laki-laki dewasa itu masuk ke mobil itu. Yang satu menyetir, yang satunya lagi duduk di belakang, di sebelah anak itu. Mobil itu kemudian melaju meninggalkan temapt itu.
Edi baru sadar, ternyata ada sehelai saputangan tergeletak di jalan. Di sekitar tempat mobil tadi parkir. Sapu tangan itu berwarna kuning dengan motif bunga. Tampak ada bordir nama Ariessa. Pasti sapu tangan ini milik anak tadi, gumam Edi dalam hati.
“ Kalau bertemu anak perempuan itu lagi, akan aku kembalikan,” pikir Edi. Keesokan harinya, di sekolah, Edi mendengar kabar tentang penculikan. Edi langsung teringat pada anak yang kemarin ia lihat. Ia semakin yakin kalau yang diculik adalah anak itu. Setelah ia melihat foto selebaran di papan pengumuman.
Wajah anak di foto itu, sama persis dengan yang dilihat Edi. Nama anak itu Ariessa. Sama seperti bordiran di saputangan yang ditemukan Edi.
“ Duh sayang aku lupa mencatat nomor mobil itu,” sesal Edi.
“ Mobil siapa, Di?” Tanya Sohib penasaran.
Edi segera menceritakan pengalamannya kemarin.
“ Oya, aku menemukan sesuatu di tempat kejadian itu!” kata Edi lagi.
Sepulang sekolah, Edi mengajak Sohib ke rumahnya. Ia mengeluarkan saputangan milik Ariessa. “ Ini dia yang aku temukan.”
Sohib mengamati saputangan itu. Ia lalu mengendusnya.
“ Kok, bau kunyit, ya? Sepertinya, setelah makan, ia mengusap mulutnya dengan saputangan ini.”
Edi lalu berpikir, adakah petunjuk yang berhubungan dengan kunyit. Setelah berpikir beberapa saat, Edi masuk ke kamar mandi. Dibasuhnya saputangan itu dengan air sabun. Tiba-tiba muncul deretan huruf berwarna merah membentuk tulisan “ Semut E 11.”
“ Semut?” gumam Edi dan Sohib bingung.
Beberapa saat kemudian, Sohib berkata, “ Kalau tidak salah, Semut itu adalah kompleks yang ada di dekat kelurahan. Semesta Mutiara, sering disingkat jadi Semut.”
“ Tapi tunggu dulu, aku punya pendapat lain. Apa jangan-jangan Semut itu adalah Sembilan Mutiara? Nama Sekolah SMA di deket sekolah kita,” ucap Edi.
“Terus itu maksud E 11 apa?,” seru Sohib.
“ Ya mungkin Ariessa itu bersekolah di Sembilan Mutiara kelas 11 E. Kita harus Bantu Ariessa keluar dari penculikan.”
“ Mmmm… Ok, kita gini aja deh, sekarang kita lakukan penyelidikan di kedua tempat, yang pertama itu SMA Sembilan Mutiara dan yang ke dua kita ke Kompleks perumahan Semesta Mutiara. Gimana, setuju gak sama idie ku?,” Tanya Sohib.
“ Ok, aku setuju.”
Esok harinya, sepulang sekolah, Edi dan Sohib mendatangi SMA Sembilan Mutiara, lalu mereka menanyakan keberadaan Ariessa, apakah Ariessa murid di sekolah itu atau bukan. Dan ternyata, benar dugaan Edi. Berita penculikan Ariessa telah menjadi berita hebat di SMA tersebut, karena Ariessa merupakan murid di SMA tersebut. Setelah menemukan kebenaran tersebut. Edi dan Sohib kemudian pergi meninggalkan sekolah tersebut.
“ Bener kana apa kata aku, Semut itu adalah Sembilan Mutiara. Sepertinya, Ariessa menjatuhkan saputangan itu agar aku melihat kode dari dia dan kemudian kita dapat membebaskannya dari para penculik itu,” ucap Edi kepada Sohib.
Kemudian setelah itu, mereka lau mendatangai kompleks Semesta mutiara Blok E no 11. Saat mereka tiba di lokasi, mereka melihat sebuah rumah yang lumayan besar namun terlihat sepi, hanya saja di depan pager rumah itu, terdapat tulisan “ Awas Anjing Galak.”
“ Tempat ini sepi sekali, dan mana mungkin para penculik itu menyekap Ariessa di sini,” seru Edi.
“ Ya, tapi aku yakin Ariessa ada di sini. Apa kita coba masuk ke dalam?,” ajak Sohib.
“ Jangan dulu, kamu gak lihat kalau di situ ada tulisan “ Awas Anjing Galak?,” tar kalau kita digigit gimana?,” ucap Edi.
“ Akh… aku yakin itu cima trik penculik saja, agar tidak ada yang berani masuk ke dalam. Ya sudah, gimana kalau kita kembali lagi ke sini pada malam hari?,” ajak Sohib.
“ Malam?. Ok, aku setuju. Mungkin malam hari si penculiknya sudah tertidur, jadi kita bisa masuk ke dalam rumah ini.”
♣♣♣
Malam harinya, mereka kembali ke sebuah rumah yang diyakini di dalam rumah tersebut terdapat Ariessa. Saat mereka akan melomapati pagar, tiba-tiba datang sebuah mobil yang akan masuk ke dalam rumah tersebut. Edi dan Sohib lalu bersembunyi agar tidak ketahuan. Mereka bersembunyi di balik pohon sambil mengintip siapa orang yang ada di dalam mobil tersebut.
Tanpa di sangka-sangka, ternyata Ariessa keluar dari mobil tersebut bersama dengan dua laki-laki yang pernah dilihat Edi.
“ Nah, itu tuh laki-laki yang aku lihat waktu itu,” seru Edi.
“ Sssssttttt…. Jangan berisik, nanti kedengeran,” ucap Sohib.
Tapi ada sedikit kejanggalan dalam peristiwa ini, pada malam itu, Ariessa terlihat cantik dan memakai baju yang berbeda saat Edi melihat Ariessa kemarin di dalam mobil. Namun, muka Ariessa terlihat sedih dan kemudian dua laki-laki itu menyeret Ariessa ke dalam rumah tersebut.
“ Kita masuk sekarang? Apa kita telepon polisi, agar polisi saja yang menangani kasus ini,” ucap Edi.
“ Tunggu dulu, lebih baik sekarang kita masuk dan kita lihat ada apa di dalam. Ayo, sekarang kita masuk,” ucap Sohib mengomando.
Edi dan Sohib kemudian melompati pagar yang sudah terkunci itu dan mereka berjalan perlahan untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam rumah tersebut. Edi dan Sohib kemudian melihat isi rumah tersebut melalui jendela, mereka mengintip. Dan ternyata di dalam rumah tersebut, banyak anak perempuan seusia Ariessa. Edi dan Sohib baru menyadari bahwa tempat tersebut adalah tempat penampungan anak-anak remaja yang akan di jadikan PSK. Edi dan Sohib melihat Ariessa sedang menangis, di rumah tersebut juga terdapat satu orang perempuan dewasa yang berpakaian terbuka. Perempuan itu sedang berbicara kepada dua laki-laki yang membawa Ariessa dan Ariessa masih saja menangis di depan dua laki-laki dan perempuan dewasa tersebut.
Malam itu terlihat sangat mencekam, Edi dan Sohib tidak menyangka akan sampai di tempat seperti ini. Mereka merasa takut, takut jika mereka ikut tertangkap oleh penjaga rumah tersebut.
“ Di, kamu telepon polisi aja sekarang. Ayo cepat, sebelum terlambat,” ucap Sohib sambil berbisik.
Edi kemudian menelepon polisi dan memberitahukan dimana lokasi tempat penculikan tersebut.
Sambil menunggu kedatangan polisi, Edi dan Sohib terus mengamati kejadian di dalam rumah tersebut melalui jendela. Saat mereka sedang mengamati, tiba-tiba dari arah belakang ada seorang lelaki bertubuh besar menepuk pundak Edi.
“ Kalian lagi apa di sini,” ucap lelaki tesebut dengan mata yang melotot.
Melihat lelaki tersebut, Edi dan Sohib lari karena mereka takut. Mereka takut tertangkap karena mereka sudah mengintip.
Edi dan Sohib berlari sekencang-kencangnya dan mereka keluar dari pekarangan rumah tersebut, dan lelaki bertubuh besar itu kemudian terus mengejar Edi dan Sohib.
Saat mereka sedang berlari, tiba-tiba datang mobil polisi, Edi dan Sohib kemudian meminta pertolongan polisi tersebut karena mereka dikejar oleh lelaki bertubuh besar.
“ Pa tolong kami, itu rumah dimana Ariessa berada pa dan kami dikejar oleh orang dari rumah tersebut,” ucap Sohib dengan napas yang terengah-engah.
“ Ade-ade tenang ya, kami akan menolong kalian dan akan membebaskan Ariessta,” ucap pak polisi itu.
Mendengar bunyi sirine dari mobil polisi, lelaki yang mengejar Edi dan Sohib kemudian berlari berbalik arah kembali menuju rumah di mana Ariessta berada.
Karena tidak dapat mengalahkan kejaran mobil polisi, lelaki tersebut akhirnya tertangkap kemudian polisi tersebut membawa lelaki tersebut ke rumah dimana Ariessa berada. Edi dan Sohib ikut berda di dalam mobil polisi tersebut.
Setibanya di rumah itu, bapak-bapak polisi kemudian mendobrak pintu rumah tersebut dan masuk ke dalam rumah tersebut. Dan ternyata benar dugaan Edi dan Sohib, Ariessa akan dijadikan sebagai PSK, di rumah itu juga ada beberapa remaja lainnya yang akan di jual. Akhirnya para sindikat penjual remaja itu tertangkap dan mereka di bawa ke kantor polisi. Edi, Sohib dan juga Ariessa ikut ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
“ Aku ucapin makasih ya atas bantuan kalian. Aku waktu itu emang sengaja ngejatuhin saputangan aku dan ngasih tulisan Semut E 11. Waktu itu aku berharap kamu bisa ngerti apa yang aku tulis,” ucap Ariessa.
“ Ya, aku dan Sohib juga sebenernya waktu itu sempet bingung juga sih soal Semut E 11, karena kita punya dua persepsi tentang Semut E11,” ucap Edi.
“ Oh ia, tapi kok itu nama Semutnya bisa pas ya? Pas sama nama sekolah kamu dan pasa sama nama alamat tempat kamu diculik. Namanya sama persis,” seru Sohib.
“ Ya, itu kebetulan aja. Aku juga gak tau kenapa nama Semut E 11 itu sama kaya nama sekolah dan kelas aku, kelas 11 E. Jadi ceritanya, pas aku di dalam mobil, sebelum si penculik itu ke warung makan, aku denger obrolan mereka, dan mereka bilang mau bawa aku ke Semut E 11, ya jadinya aku nulis itu deh di saputangan. Untungnya kalian cerdas, jadi bisa ngerti apa yang di maksud semut itu,” ucap Ariessa.
“ Kita emang cerdas kok,heheheh… “ canda Edi.
Setelah mereka mengobrol cukup lama, mereka lalu mengakhiri pembicaraan mereka, dan Ariessa tidak ada habisnya mengucapkan terimakasih kepada Edi dan Sohib.
The End